CLICK HERE FOR FREE BLOGGER TEMPLATES, LINK BUTTONS AND MORE! »
♥ AllahSWT ♥ MuhammadSAW ♥ Islam ♥ mamapapa ♥ adityaindrawan ♥ vetalisatika ♥ psychology ♥ 2PA05 ♥ temagunadarma ♥ anakkecil ♥ makan ♥ tidur ♥ wisatakuliner ♥ airputih ♥ belanja ♥ driving ♥ maingame ♥ dengerinmusik ♥ bacanovel ♥ bacakomik ♥ nontonfilm ♥ spongebobpatrick ♥ doraemon ♥ tomandjerry ♥ bonekaberuang ♥ dinosaurus ♥ monkey ♥ kumbang ♥ kucing ♥ hamsters ♥ kelinci ♥ burungkakaktua ♥ panda ♥ apple ♥ jeruk ♥ pepaya ♥ semangka ♥ manggis ♥ mangga ♥ anggur ♥ kiwi ♥ purple ♥ blue ♥ green ♥ white ♥ black ♥ red ♥ brown ♥ orange ♥ bantalkecil ♥ batik ♥

About Me

My photo
I'm a student of psychology. I'm just an ordinary girl who has many dreams and desires.

Tuesday

Person Centered Therapy


Pengertian client-centered therapy

      Penggagas pendekatan client-centered therapy pertama kali adalah Carl Rogers. Client-centered therapy dikembangkan pada tahun 1940-an dan 1950-an. Tujuan dari client-centered therapy adalah untuk memberikan klien kesempatan untuk mengembangkan rasa percaya diri mereka yang mana dapat disadari betapa alaminya sikap mereka, perasaan dan perilaku yang sedang terkena dampak negatif dan berusaha untuk menemukan potensi positif mereka yang sesungguhnya.
      Pendekatan ini sebagai reaksi dari pendekatan psikoanalisis. Pendekatan client-centered therapy  merupakan cabang dari paham humanistik. Client-centered theraphy (CCT) dikenal juga dengan person-centered therapy. Prinsip dasar dari terapi ini adalah penekanan pada penggunaan prinsip nondirective. Tujuan dari terapi nondirective dapat dicapai oleh klien bukan dari penjelasan mengenai masa lalu yang akan ditolak klien dan untuk menginterprestasi dan dapat diterima untuk mengurangi penerimaan terhadap penyesuaian pada masa kini tapi alih-alih melalui pengalaman yang dialami pada masa sekarang.
      Menurut Rogers, terdapat dua inti yang harus dipenuhi, yaitu congruence dan unconditional positive regard. Congruence merujuk pada bagaimana terapis dapat mengasimilasikan dan menggiring pengalamannya agar klien sadar dan memaknai pengalaman tersebut. Sementara itu, unconditional positive regard adalah bagaimana terapis dapat menerima klien apa adanya, di mana terapis membiarkan dan menerima apa yang klien ucapkan, pikirkan dan lakukan tanpa menghakimi dan menerima klien baik maupun buruk.

Prinsip-prinsip dalam client-centered therapy
  1. Kita berperilaku sesuai dengan persepsi kita terhadap realitas. Berkaitan dengan hal ini untuk memahami masalah klien, maka kita harus benar-benar memahami bagaimana ia mempresepsikannya.
  2. Kita termotivasi oleh dorongan primer bawaan lahir yang berupa dorongan untuk mengaktualisasikan diri. Secara otomatis individu akan mengembangkan potensinya dalam kondisi-kondisi ini dapat diciptakan dalam terapi dan oleh karena itu terapis harus bersikap nondirective.
  3. Individu memiliki kebutuhan dasar akan cinta dan penerimaan. Dalam terapi, hal ini diterjemahkan sebagai adanya kebutuhan untuk fokus pada hubungan antara terapis dan klien dan pengkomunikasian empati, sikap menghargai dan ketulusan dari terapis.
  4. Konsep diri individu bergantung pada penerimaan dan penghargaan yang ia terima dari orang lain. Konsep diri klien dapat ia ubah apabila ia mengalami penghargaan positif tanpa syarat (unconditional positive regard) dalam terapi.
Peranan konselor dalam client-centered therapy
  • Konselor tidak memimpin, mengatur atau menentukan proses perkembangan konseling tetapi dilakukan sendiri oleh klien.
  • Arah pembicaraan ditentukan oleh klien.
  • Konselor menerima klien dengan sepenuhnya dalam keadaan apa adanya.
  • Konselor memberikan kebebasan kepada klien untuk mengekspresikan perasaannya.
Menurut Carl Rogers, seorang konselor harus memiliki syarat, yaitu :
  • Memiliki sensitifitas dalam hubungan insani.
  • Memiliki sikap yang obyektif.
  • Menghormati kemuliaan orang lain.
  • Memahami diri sendiri.
  • Bebas dari prasangka dan kompleks-kompleks dalam dirinya.
  • Sanggup masuk dalam dunia klien (empati) secara simpatik.
Tujuan client-centered therapy
  • Keterbukaan pada pengalaman
      Sebagai lawan dari kebertahanan, keterbukaan pada pengalaman menyiratkan menjadi lebih sadar terhadap kenyataan sebagaimana kenyataan itu hadir di luar dirinya.
  • Kepercayaan pada organisme sendiri
      Salah satu tujuan terapi adalah membantu klien dalam membangun rasa percaya terhadap diri sendiri dengan meningkat keterbukaan klien terhadap pengalaman-pengalaman sendiri dan kepercayaan klien kepada dirinya sendiri pun mulai timbul.
  • Tempat evaluasi internal
      Tempat evaluasi internal ini berkaitan dengan kepercayaan diri yang berarti lebih banyak mencari jawaban-jawaban pada diri sendiri bagi masalah-masalah keberadaannya. Semakin orang itu menaruh perhatian pada pusat dirinya dari pada mencari pengesahan bagi kepribadiannya dari luar. Dia mengganti persetujuan universal dari orang lain dengan persetujuan dari dirinya sendiri. Dia menetapkan standar-standar tingkah laku dan melihat ke dalam dirinya sendiri dalam membuat putusan-putusan dan pilihan-pilihan bagi hidupnya.
  • Kesediaan untuk menjadi satu proses
      Konsep tentang diri dalam proses penjadian merupakan lawan dari konsep diri sebagai produk. Walaupun klien boleh menjalani terapi untuk mencari sejenis formula guna membangun keadaan yang berhasil dan berbahagia, tapi mereka menjadi sadar bahwa pertumbuhan adalah suatu proses yang berkesinambungan. Para klien dalam terapi berada dalam proses pengujian persepsi-persepsi dan kepercayaannya serta membuka diri bagi pengalaman-pengalaman baru.

Teknik-teknik konseling dalam client-centered therapy

      Client-centered therapy menempatkan tanggungjawab tidak pada konselor tetapi pada klien. Maka teknik-teknik konselingnya adalah sebagai berikut :
  1. Acceptance (penerimaan)
  2. Respect (rasa hormat)
  3. Understanding (mengerti dan memahami)
  4. Reassurance (menentramkan hati dan menyakinkan)
  5. Ecouragement (dorongan)
  6. Limited Questioning (pertanyaan terbatas)
  7. Reflection (memantulkan pertanyaan dan perasaan)
Proses konseling

Proses konseling dengan pendekatan client-centered therapy dapat dijelaskan sebagai berikut :
  1. Klien datang kepada konselor atas kemauan sendiri. Apabila datang atas suruhan orang lain, maka konselor harus mampu menciptakan situasi yang sangat bebas dan permisif, dengan tujuan agar klien mampu memilih sendiri apakah ia akan terus minta bantuan atau akan membatalkannya.
  2. Situasi konseling sejak awal harus menjadi tanggung jawab klien, maka konseling menyadarkan hal ini kepada klien.
  3. Konselor memberanikan klien agar ia mampu mengemukakan perasaannya atau permasalahannya secara apa adanya, lengkap dan jelas. Dalam hal ini konselor harus menunjukkan sikap ramah, bersahabat dan menerima klien sebagaimana adanya.
  4. Konselor menerima perasaan klien serta memahaminya.
  5. Konselor berusaha agar klien dapat memahami dan menerima keadaan dirinya/masalahnya.
  6. Klien menentukan pilihan sikap dan tindakan yang akan diambil untuk mengatasi masalah yang dihadapinya.
  7. Klien merealisasikan pilihan itu dalam tindakan/perbuatan.
Kelebihan dan kekurangan client-centered therapy

Kelebihan
  • Klien diberikan kebebasan dalam menyelesaikan masalahnya sendiri.
  • Dalam terapi ini konselor berperan sebagai fasilitator.
  • Selain itu konselor juga berperan sebagai teman klien agar saat terapi berlangsung klien merasa lebih nyaman.
  • Klien diberi kebebasan dalam menentukan arah pembicaraan.
Kekurangan
  • Dibutuhkan terapis yang ahli dalam bidang ini.
  • Dalam terapi, konselor tidak boleh memilih-milih kliennya.
  • Konselor harus bisa memiliki sifat obyektif.
  • Konselor harus mengembalikan pada dirinya sendiri apakah mampu untuk membantu klien.
  • Konselor tidak boleh memanfaatkan kliennya.

Marrisa Arsylia Deyavania
14510231
3 PA 05


Sumber

No comments:

Post a Comment