CLICK HERE FOR FREE BLOGGER TEMPLATES, LINK BUTTONS AND MORE! »
♥ AllahSWT ♥ MuhammadSAW ♥ Islam ♥ mamapapa ♥ adityaindrawan ♥ vetalisatika ♥ psychology ♥ 2PA05 ♥ temagunadarma ♥ anakkecil ♥ makan ♥ tidur ♥ wisatakuliner ♥ airputih ♥ belanja ♥ driving ♥ maingame ♥ dengerinmusik ♥ bacanovel ♥ bacakomik ♥ nontonfilm ♥ spongebobpatrick ♥ doraemon ♥ tomandjerry ♥ bonekaberuang ♥ dinosaurus ♥ monkey ♥ kumbang ♥ kucing ♥ hamsters ♥ kelinci ♥ burungkakaktua ♥ panda ♥ apple ♥ jeruk ♥ pepaya ♥ semangka ♥ manggis ♥ mangga ♥ anggur ♥ kiwi ♥ purple ♥ blue ♥ green ♥ white ♥ black ♥ red ♥ brown ♥ orange ♥ bantalkecil ♥ batik ♥

About Me

My photo
I'm a student of psychology. I'm just an ordinary girl who has many dreams and desires.

Tuesday

Rational Emotive Therapy

Pengertian Rational Emotive Therapy

      Istilah Rational Emotive Therapy sukar digantikan dengan istilah bahasa Indonesia yang mengena dan paling dapat dideskripsikan dengan mengatakan corak konseling yang menekankan kebersama dan interaksi antara berfikir dan akal sehat (rational thingking), berperasaan (emoting) dan berperilaku (acting), serta menekankan bahwa suatu perubahan yang mendalam dalam cara berfikir dapat menghasilkan perubahan yang berarti dalam cara berperasaan dan berperilaku.
      Pelopor dari promoter utama corak konseling ini adalah Albert Ellis. Menurut Ellis, corak konseling Rational Emotive Therapy berasal dari aliran pendekatan Kognitif dan Behavioristik. Selain itu, menurut Ellis, manusia pada dasarnya adalah unik yang memiliki kecenderungan untuk berfikir rasional dan irasional.
      Rational Emotive Therapy sendiri adalah aliran psikoterapi yang berlandaskan asumsi bahwa manusia dilahirkan dengan potensi, baik untuk berfikir rasional dan jujur maupun untuk berfikir irasional dan jahat. Hambatan dari psikologis atau emosionalnya adalah akibat dari cara berfikir yang tidak logis dan irasional. Emosi selalu menyertai individu yang berfikir dengan penuh prasangka, sangat personal dan irasional. Berfikir secara irasional akan tercemin dari verbalisasi yang digunakan. Verbalisasi yang tidak logis menunjukan cara berfikir yang salah dan verbalisasi  yang tepat menunjukkan cara berfikir yang tepat.

Pandangan dari Rational Emotive Therapy

      Pandangan dari pendekatan rational emotive tentang kepribadian dapat dikaji dari konsep-konsep teori Albert Ellis. Ada tiga pilar yang membangun tingkah laku individu, kerangka pilar ini yang kemudian dikenal dengan teori ABC, yaitu :
  • Antecedent event (A)
      Antecedent event (A) yaitu segenap peristiwa luar yang dialami individu. Peristiwa pendahulu yang berupa fakta, kejadian, tingkah laku atau sikap orang lain. Perceraian suatu keluarga, kelulusan bagi siswa dan seleksi masuk bagi calon karyawan merupakan antecedent event bagi seseorang.
  • Belief (B)
      Belif (B) yaitu keyakinan, pandangan, nilai atau verbalisasi diri individu terhadap suatu peristiwa. Keyakinan seseorang ada dua macam, yaitu keyakinan yang rasional (rational belif atau rB) dan keyakinan yang tidak rasional (irasional belif atau iB). Keyakinan yang rasional merupakan cara berfikir atau sistem keyakinan yang tepat, masuk akal dan bijaksana. Sedangkan keyakinan yang tidak rasional merupakan keyakinan yang sistem berfikir seseorang yang salah, tidak masuk akal dan emosional.
  • Emotional consequence (C)
      Emotional consequence (C) merupakan konsekuensi emosional sebagai akibat atau reaksi individu dalam membentuk perasaan senang atau hambatan emosi dalam hubungannya dengan antecedent event (A). Konsekuensi emosional ini bukan akibat langsung dari A tetapi disebabkan oleh beberapa variable antara lain dalam bentuk keyakinan (B) baik yang rB maupun yang iB.

Fungsi dan peran terapis

      Aktifitas-aktifitas therapeutic utama Rational Emotive Therapy dilaksanakan dengan satu maksud utama, yaitu membantu klien untuk membebaskan diri dari gagasan-gagasan yang tidak logis dan untuk mengetahui gagasan-gagasan yang logis sebagai penggantinya. Sasarannya adalah menjadikan klien menginternalisasikan suatu filsafat hidup yang rasional sebagaimana dia menginternalisasi keyakinan-keyakinan dagmatis yang rasional dan takhayul yang berasal dari orang tua maupun dari kebudayaannya.
      Untuk mencapai tujuan tersebut, terapis memiliki tugas-tugas yang lebih spesifik, yaitu :

  • Mengajak klien untuk berfikir tentang beberapa gagasan dasar yang irasional yang telah memotivasi banyak gangguan tingkah lakunya.
  • Menatang klien menguji gagasan-gagasannya.
  • Menunjukkan kepada klien ketidaklogisan pemikirannya.
  • Menggunakan suatu analisis logika untuk meminimalkan keyakinan-keyakinan irasional klien.
  • Menunjukkan bahwa keyakinan-keyakinan itu tidak ada gunanya dan bagaimana keyakinan-keyakinan akan mengakibatkan gangguan-gangguan emosional dan tingkah laku di masa depan.
  • Menggunakan absurditas dan humor untuk menghadapi irasional pikiran klien.
  • Menerangkan bagaimana gagasan-gagasan yang irasional bisa digantikan dengan gagasan-gagasan yang rasional yang memiliki landasan empiris.
  • Mengajari klien bagaimana menerapkan pendekatan ilmiah pada cara berfikir sehingga klien bisa mengamati dan meminimalkan gagasan-gagasan irasional dan kesimpulan-kesimpulan yang tidak logis sekarang maupun masa yang akan datang yang telah mengekalkan cara-cara merasa dan berperilaku yang merusak diri.
Tujuan dari konseling
  1. Memperbaiki dan merubah sikap, persepsi, cara berfikir, keyakinan serta pandangan-pandangan klien yang irasional dan tidak logis menjadi pandangan yang rasional dan logis agar klien dapat mengembangkan diri, meningkatkan sel-actualizationnya seoptimal mungkin melalui tingkah laku kognitif dan afektif yang positif.
  2. Menghilangkan gangguan-gangguan emosional yang merusak diri sendiri seperti rasa takut, rasa bersalah, rasa berdosa, rasa cemas, rasa was-was dan rasa marah.
Teknik-teknik konseling

      Pendekatan konseling rational emotive menggunakan berbagai teknik yang bersifat kognitif, afektif dan behavioristik yang disesuaikan dengan kondisi klien. Beberapa teknik yang dimaksud antara lain :

  • Teknik-teknik emotif (afektif)
a.    Assertive adaptive
      Teknik ini digunakan untuk melatih, mendorong dan membiasakan klien untuk secara terus-menerus menyesuaikan dirinya dengan tingkah laku yang diinginkan. Latihan-latihan yang diberikan lebih bersifat pendisiplinan diri klien.

b.    Bermain peran
      Teknik untuk mengekspresikan berbagai jenis perasaan yang menekan (perasaan-perasaan negatif) melalui suatu suasana yang dikondisikan sedemikian rupa sehingga klien dapat secara bebas mengungkapkan dirinya sendiri melalui peran tertentu.

c.    Imitasi
      Teknik untuk menirukan secara terus menerus suatu model tingkah laku tertentu dengan maksud menghadapai dan menghilangkan tingkah lakunya sendiri yang negatif.
  • Teknik-teknik behavioristik
a.    Reinforcement
      Teknik untuk mendorong klien ke arah tingkah laku yang lebih rasional dan logis dengan jalan memberikan pujian verbal (reward) ataupun hukuman (punishment). Teknik ini dimaksudkan untuk membongkar sistem nilai yang positif. Dengan memberikan reward ataupun punisment, maka klien akan menginternalisasikan sistem nilai yang diharapkan kepadanya.

b.    Social modeling
      Teknik untuk membentuk tingkah laku-tingkah laku baru pada klien. Teknik ini dilakukan agar model sosial yang diharapkan dengan cara imitasi (meniru), mengobservasi, menyesuaikan diri dan menginternalisasikan norma-norma dalam sistem model sosial dengan masalah tertentu yang telah disiapkan oleh konselor.
  • Teknik-teknik kognitif
a.    Home work assigments
      Teknik yang dilaksanakan dalam bentuk tugas-tugas rumah untuk melatih, membiasakan diri dan menginternalisasikan sistem nilai tertentu yang menuntut pola tingkah laku yang diharapkan. Dengan tugas rumah yang diberikan, klien diharapkan dapat mengurangi atau menghilangkan ide-ide dan perasaan-perasaan yang tidak rasional dan tidak logis, mempelajari bahan-bahan tertentu yang ditugaskan untuk mengubah aspek-aspek kognisinya yang keliru, mengadakan latihan-latihan tertentu berdasarkan tugas yang diberikan.
      Pelaksanaan home work assigment yang diberikan konselor dilaporkan oleh klien dalam suatu pertemuan tatap muka dengan konselor. Teknik ini dimaksudkan untuk membina dan mengembangkan sikap-sikap tanggung jawab, kepercayaan pada diri sendiri serta kemampuan untuk pengarahan diri, pengolahan diri klien dan mengurangi ketergantungan kepada konselor.

b.    Latian assertive
      Teknik untuk melatih keberanian klien dalam mengeksperikan tingkah laku-tingkah laku tertentu yang diharapkan melalui bermain peran, latihan atau meniru model-model sosial. Maksud utama teknik latihan assertive adalah :
  1. Mendorong kemampuan klien mengekspresikan berbagai hal yang berhubungan dengan emosinya.
  2. Membangkitkan kemampuan klien dalam mengungkapkan hak asasinya sendiri tanpa menolak atau memusuhi hak asasi orang lain.
  3. Mendorong klien untuk meningkatkan kepercayaan dan kemampuan diri.
  4. Meningkatkan kemampuan untuk memilih tingkah laku-tingkah laku assertive yang cocok untuk diri sendiri.
Langkah-langkah Rational Emotive Therapy
  • Langkah pertama
      Konselor berusaha menunjukkan bahwa cara berfikir klien harus logis kemudian membantu bagaimana dan mengapa klien sampai pada cara seperti itu, menunjukkan pola hubungan antara pikiran logis dan perasaan yang tidak bahagia atau dengan gangguan emosi yang dialaminya.
  • Langkah kedua
      Menunjukkan kepada klien bahwa jika ia mempertahankan perilakunya maka ia akan terganggu dengan cara berfikirnya yang tidak logis inilah yang menyebabkan masih adanya gangguan sebagaimana yang dirasakan.
  • Langkah ketiga
      Bertujuan mengubah cara berfikir klien dengan membuang cara berfikir yang tidak logis.
  • Langkah keempat
      Dalam hal ini konselor menugaskan klien untuk mencoba melakukan tindakan tertentu dalam situasi yang nyata.

Kelebihan dan kekurangan dari Rational Emotive Therapy

Kelebihan
  • Pendekatan ini cepat sampai kepada masalah yang dihadapi oleh klien.
  • Kaedah pemikirang logis yang diajarkan kepada klien dapat digunakan dalam menghadapi gejala yang lain.
  • Klien merasakan diri mereka mempunyai keupayaan intelektual dan kemajuan cara berfikir.
Kelemahan
  • Terdapat klien yang boleh ditolong melalui analisis logis dan falsafah, tetapi ada pula yang tidak begitu sulit cara berfikirnya untuk dibantu dengan cara yang sedemikian yang berasaskan kepada logika.
  • Selain itu, terdapat setengah klien yang begitu terpisah dari realita sehingga usaha untuk membawanya ke alam nyata yang sukar sekali dicapai.
  • Dan ada juga klien yang terlalu berprasangka terhadap logika, sehingga sukar untuk mereka menerima analisis secara logika.

Marrisa Arsylia Deyavania
14510231
3 PA 05

Sumber

Analisis Transaksional


Pengertian analisis transaksional

      Pendekatan analisis transaksional dipelopori oleh Erick Berne dan dikembangkan semenjak tahun 1950. Erick Berne adalah seorang ahli ilmu jiwa yang terkenal dari kelompok Humanisme. Analisis transaksional sendiri adalah hubungan komunikasi antara seseorang dengan orang lain. Adapun hal-hal yang dapat dianalisis yaitu meluputi bagaimana bentuk cara dan isi dari komunikasi mereka. Dari hasil analisis ini dapat ditarik kesimpulan apakah transaksi yang terjadi berlangsung secara tepat, benar dan wajar.
      Selain itu, analisis transaksional adalah salah satu pendekatan psychotherapy yang menekankan pada hubungan interaksional. Analisis transaksional dapat dipergunakan untuk terapi individual, tetapi yang utama digunakan untuk pendekatan kelompok. Pendekatan ini menekankan pada aspek perjanjian dan keputusan. Melalui perjanjian ini tujuan dan arah proses terapi dikembangkan sendiri oleh klien.
      Pada analisis transaksional terdapat pendapat bahwa dalam kepribadian seseoramg terdapat unsur-unsur yang saling berkaitan. Pendekatan ini juga menekankan fungsi dan pendekatan ego. Pandangan analisis transaksional tentang hakekat manusia ialah pada dasarnya manusia mempunyai keinginan atau dorongan-dorongan untuk memperoleh sentuhan atau "stroke". Sentuhan ini ada yang  bersifat jasmaniah dan rohaniah serta yang berbetuk verbal dan fisik. Yang menjadi kepribadian seseorang ialah bagaimana individu memperoleh sentuhan melalui transaksi.

Struktur kepribadian

      Analisis transaksional meyakini pada diri individu terdapat unsur-unsur kepribadian yang terstruktur dan menjadi satu kesatuan yang disebut dengan "ego state". Ada pun unsur kepribadian itu terdiri dari :

  • Ego state child
      Pernyataan ego dengan ciri kepribadian anak-anak seperti bersifat manja, riang, lincah dan rewel. Terdapat tiga bagian dari ego state child ini, yaitu :
a.    Adapted child (kekanak-kanakan)
      Unsur ini kurang baik ditampilkan saat komuniksai karena banyak orang yang tidak menyukainya dan hal ini menunjukan ketidak matangan dalam sentuhan.
b.    Natural child (anak yang alamiah)
      Natural child ini banyak disenangi oleh orang lain, karena sifatnya yang alamiah dan tidak dibuat-buat serta tidak berpura-pura dan kebanyakan orang senang pada saat terjadinya transaksi.
c.    Little professor
      Unsur ini ditampilkan oleh seseorang untuk membuat suasana riang gembira dan menyenangkan padahal apapun yang dilakukan itu tidaklah menunjukkan kebenar.
  • Ego state parent
      Ciri kepribadian yang diwarnai oleh sifat banyak menasehati, memerintah dan menunjukkan kekuasaannya. Ego state parent ini terbagi menjadi dua bagian, yaitu :
a.    Critical parent
      Bagian ini dinilai sebagai kepribadian yang kurang baik, seperti menunjukkan sifat judes, cerewet dan lain sebagainya.
b.    Nurturing parent
      Penampilan ego state seperti ini baik, seperti merawat dan lain sebagainya.
  • Ego state adult
      Berorientasi kepada fakta dan selalu diwarnai pertanyaan apa, mengapa dan bagaimana. Dengan demikian kita dapat mengetahui bahwasannya dalam tiap individu ego state yang terdapat pada tiga diatas selalu ada yang berbeda cuma kadarnya saja yang sama. Berapa banyak ego state yang ada dalam individu akan mempengaruhi ringkah laku orang tersebut.
      Berdasarkan keberadaan ego state terdapat tiga komposisi yang ada dalam diri individu tersebut, yaitu :
a.    Ego state normal
      Sesuai dengan situasi dan kondisi dimana orang berada, penampilan ego state yang normal ini dapat dilihat dalam suasana yang serius.
b.    Ego state kaku
      Ego state yang ditampilkannya tidak berbeda tetapi hanya satu saja.
c.    Ego state cair
      Tidak ada batasan antara penampilan ego state yang satu dengan ego state lainnya.

Fungsi dan peran terapis

      Menurut Harris (dalam Corey, 1988), memberikan gambaran peran terapis, seperti seseorang guru, pelatih atau narasumber dengan penekana yang kuat pada keterlibatannya. Sebagai guru, terapis menerangkan konsep-konsep seperti analisis struktual, analaisi transaksional, analisis skenario dan analisis permainan. Selajutnya menurut Corey (1988), peranan terapis yaitu membantu klien untuk menemukan suasana masa lalu, mengidentifikasikan rencana hidup dan mengembangkan strategi-strategi yang telah dipergunakannya dalam menghadapi orang lain yang sekarang mungkin akan dipertimbangkannya. Terapis membantu klien memperoleh kesadaran yang lebih realitas dan mencari alternatif-alternatif untuk menjalani kehidupan yang lebih otonom.
      Tugas terapis adalah menggunakan pengetahuannya untuk mendukung klien dalam hubungannya dengan suatu kontrak spesifik yang jelas diprakarsai oleh kilen.

Tujuan konseling

      Menurut Erick Berne (dalam Ketut, 1984), mengemukakan empat tujuan yang ingin dicapai dalam konseling analisis transaksional, yaitu :
  1. Konselor membantu klien yang mengalami kontaminasi status ego yang berlebihan.
  2. Konselor membantu mengambangkan kapasitas diri klien dalam menggunakan semua status egonya yang cocok, mencakup memperoleh kebebasan dan kemampuan yang dapat ditebus diantara status egonya.
  3. Konselor berusaha membantu klien dalam mengembangkan seluruh status ego dewasanya.
  4. Konselor membantu klien dalam membebaskan dirinya dari posisi hidup yang kurang cocok serta menggantinya dengan rencana hidup yang baru yang lebih produktif.
Teknik-teknik konseling

      Dalam analisis transaksionak konseling diarahkan kepada bagaimana klien bertransaksi dengan lingkunganya. Teknik yang digunakan dalam analisis transaksional adalah 
  • Analisis struktur
      Analisis struktur adalah analisis terhadap status ego yang menjadi dasar stuktur kepribadian klien yang terlihat dari respons atau stimulus klien dengan orang lain.
  • Analisis transaksional
      Konselor menganalisis pola transaksi dalam kelompok, sehingga konselor dapat mengetahui ego state yang mana yang lebih dominan dan apakah ego state yang ditampilkan tersebut sudah tepat atau belum.
  • Analisis mainan
      Analisis mainan adalah analisis hubungan transaksi yang terselubung antara klien dengan konselor atau dengan lingkungannya. Konselor menganalisis suasana permainan yang diikiuti oleh klien untuk mendapat sentuhan setelah itu dilihat apakah klien mampu menanggung resiko atau malah bergerak kearah resiko yang tingkatanya lebih rendah.
  • Analisis skript
      Analisis skript ini merupakan usaha konselor untuk mengenal proses terbentuknya skript yang dimiliki klien. Analisi skript ini hendaknya dilakukan penyelidikan transaksi seseorang sejak dalam asuhan orang tua, pada masa ini terjadi transaksi antara orang tua dengan anak-anaknya. 

Proses konseling

      Tugas utama konselor yang menggunakan analisis transaksional adalah mengajarkan bahasa dan ide-ide sistem untuk mendiagnosa transaksi. Konselor transaksional harus selalu aktif untuk menghindari keadaan diam yang terlalu lama dan konselor juga mempunyai tanggung jawab untuk memelihara perhatian ada transaksi.

Kelebihan dan kekurangan analisis transaksional

Kelebihan
  • Punya pandangan optimis dan realitis tentang manusia.
  • Penekanan waktu sekarang dan nanti.
  • Mudah diobservasi.
  • Meningkatkan keterampilan berkomunikasi klien.
Kekurangan
  • Kurang efisien terhadap treatment.
  • Subyektif dalam menafsirkan status ego klien.

Marrisa Arsylia Deyavania
14510231
3 PA 05

Sumber

Monday

Logoterapi

Pengertian Logoterapi

Logoterapi diperkenalkan oleh Viktor Frankl, seorang dokter ahli penyakit saraf dan jiwa (neuro-psikiater). Logoterapi berasal dari kata "logos" yang dalam bahasa Yunani berarti makna (meaning) dan juga rohani (spirituality), sedangkan terapi adalah penyembuhan atau pengobatan. Logoterapi secara umum dapat digambarkan sevagai corak psikolog / psikiatri yang mengakui adanya dimensi kerohanian pada manusia di samping dimensi ragawi dam kejiwaan, serta beranggapan bahwa makna hidup (the meaning of life) dan hasrat untuk hidup bermakna (the meaningful life) yang didambakannya.
Ada tiga asas utama logoterapi yag menjadi inti dari terapi ini, yaitu :
  1. Hidup itu memiliki makna (arti) dalam setiap situasi, bahkan dalam penderitaan dan kepedihan sekalipun. Makna adalah sesuatu yang dirasakan penting, benar, berharga dan didambakan serta memberikan nilai khusus bagi seseorang dan layak dijadikan tujuan hidup.
  2. Setiap manusia memiliki kebebasan - yang hampir tidak terbatas - untuk menentukan sendiri makna hidupnya. dari sini kita dapat memilih makna setiap peristiwa yang terjadi dalam diri kita, apakah itu makna positid ataupun makna yang negatif. Makna positif ini lah yang dimaksud denga hidup bermakna.
  3. Setiap manusia memiliki kemampuan untuk mengambil sikap terhadap peristiwa tragis yang tidak dapat dielekkan lagi yang menimpa dirinya sendiri dan lingkungan sekitar.
Ajaran logoterapi

Ketiga asa itu tercakup dalam ajaran logoterapi mengenai eksistensi manusia dan makna hidup sebagai berikut
  1. Dalam setiap keadaan, termasuk dalam penderitaan sekalipun, kehidupan ini selalu mempunyai makna.
  2. Kehendak untuk hidup bermakna merupakan motivasi utama setiap orang.
  3. Dalam batas-batas tertent manusia memiliki kebebasan dan tangg7ung jawab pribadi untuk memilih, menentukan dan memenuhi makna dan tujuan hidupnya.
  4. Hidup bermakna diperoleh dengan jalan merealisasikan kedalam tiga nilai kehidupan, yaitu nilai-nilai kreatif (creative values), nilai-nilai penghayatan (eksperiental values) dan nilai-nilai versikap (attitudinal values).
Tujuan logoterapi

Tujuan dari logoterapi adalah agar setiap pribadi dapat :
  1. memahami adanya potensi dan sumber daya rohaniah yamg secara universal ada pada setiap orang yang terlepas dari ras, keyakinan dan agama yang dianutnya.
  2. Menyadari bahwa setiap sumbee-sumber dan potensi itu sering ditelan, terhambat dan diabaikan bahkan terlupakan.
  3. Memanfaatkan daya-daya tersebut untuk bangkit kembali dari penderitaan untuk mampu tegak kokoh menghadapi berbagai kendala dan secara sadar mengembangkan diri untuk meraih jualitas hidup yag lebih bermakna.

Tuesday

Person Centered Therapy


Pengertian client-centered therapy

      Penggagas pendekatan client-centered therapy pertama kali adalah Carl Rogers. Client-centered therapy dikembangkan pada tahun 1940-an dan 1950-an. Tujuan dari client-centered therapy adalah untuk memberikan klien kesempatan untuk mengembangkan rasa percaya diri mereka yang mana dapat disadari betapa alaminya sikap mereka, perasaan dan perilaku yang sedang terkena dampak negatif dan berusaha untuk menemukan potensi positif mereka yang sesungguhnya.
      Pendekatan ini sebagai reaksi dari pendekatan psikoanalisis. Pendekatan client-centered therapy  merupakan cabang dari paham humanistik. Client-centered theraphy (CCT) dikenal juga dengan person-centered therapy. Prinsip dasar dari terapi ini adalah penekanan pada penggunaan prinsip nondirective. Tujuan dari terapi nondirective dapat dicapai oleh klien bukan dari penjelasan mengenai masa lalu yang akan ditolak klien dan untuk menginterprestasi dan dapat diterima untuk mengurangi penerimaan terhadap penyesuaian pada masa kini tapi alih-alih melalui pengalaman yang dialami pada masa sekarang.
      Menurut Rogers, terdapat dua inti yang harus dipenuhi, yaitu congruence dan unconditional positive regard. Congruence merujuk pada bagaimana terapis dapat mengasimilasikan dan menggiring pengalamannya agar klien sadar dan memaknai pengalaman tersebut. Sementara itu, unconditional positive regard adalah bagaimana terapis dapat menerima klien apa adanya, di mana terapis membiarkan dan menerima apa yang klien ucapkan, pikirkan dan lakukan tanpa menghakimi dan menerima klien baik maupun buruk.

Prinsip-prinsip dalam client-centered therapy
  1. Kita berperilaku sesuai dengan persepsi kita terhadap realitas. Berkaitan dengan hal ini untuk memahami masalah klien, maka kita harus benar-benar memahami bagaimana ia mempresepsikannya.
  2. Kita termotivasi oleh dorongan primer bawaan lahir yang berupa dorongan untuk mengaktualisasikan diri. Secara otomatis individu akan mengembangkan potensinya dalam kondisi-kondisi ini dapat diciptakan dalam terapi dan oleh karena itu terapis harus bersikap nondirective.
  3. Individu memiliki kebutuhan dasar akan cinta dan penerimaan. Dalam terapi, hal ini diterjemahkan sebagai adanya kebutuhan untuk fokus pada hubungan antara terapis dan klien dan pengkomunikasian empati, sikap menghargai dan ketulusan dari terapis.
  4. Konsep diri individu bergantung pada penerimaan dan penghargaan yang ia terima dari orang lain. Konsep diri klien dapat ia ubah apabila ia mengalami penghargaan positif tanpa syarat (unconditional positive regard) dalam terapi.
Peranan konselor dalam client-centered therapy
  • Konselor tidak memimpin, mengatur atau menentukan proses perkembangan konseling tetapi dilakukan sendiri oleh klien.
  • Arah pembicaraan ditentukan oleh klien.
  • Konselor menerima klien dengan sepenuhnya dalam keadaan apa adanya.
  • Konselor memberikan kebebasan kepada klien untuk mengekspresikan perasaannya.
Menurut Carl Rogers, seorang konselor harus memiliki syarat, yaitu :
  • Memiliki sensitifitas dalam hubungan insani.
  • Memiliki sikap yang obyektif.
  • Menghormati kemuliaan orang lain.
  • Memahami diri sendiri.
  • Bebas dari prasangka dan kompleks-kompleks dalam dirinya.
  • Sanggup masuk dalam dunia klien (empati) secara simpatik.
Tujuan client-centered therapy
  • Keterbukaan pada pengalaman
      Sebagai lawan dari kebertahanan, keterbukaan pada pengalaman menyiratkan menjadi lebih sadar terhadap kenyataan sebagaimana kenyataan itu hadir di luar dirinya.
  • Kepercayaan pada organisme sendiri
      Salah satu tujuan terapi adalah membantu klien dalam membangun rasa percaya terhadap diri sendiri dengan meningkat keterbukaan klien terhadap pengalaman-pengalaman sendiri dan kepercayaan klien kepada dirinya sendiri pun mulai timbul.
  • Tempat evaluasi internal
      Tempat evaluasi internal ini berkaitan dengan kepercayaan diri yang berarti lebih banyak mencari jawaban-jawaban pada diri sendiri bagi masalah-masalah keberadaannya. Semakin orang itu menaruh perhatian pada pusat dirinya dari pada mencari pengesahan bagi kepribadiannya dari luar. Dia mengganti persetujuan universal dari orang lain dengan persetujuan dari dirinya sendiri. Dia menetapkan standar-standar tingkah laku dan melihat ke dalam dirinya sendiri dalam membuat putusan-putusan dan pilihan-pilihan bagi hidupnya.
  • Kesediaan untuk menjadi satu proses
      Konsep tentang diri dalam proses penjadian merupakan lawan dari konsep diri sebagai produk. Walaupun klien boleh menjalani terapi untuk mencari sejenis formula guna membangun keadaan yang berhasil dan berbahagia, tapi mereka menjadi sadar bahwa pertumbuhan adalah suatu proses yang berkesinambungan. Para klien dalam terapi berada dalam proses pengujian persepsi-persepsi dan kepercayaannya serta membuka diri bagi pengalaman-pengalaman baru.

Teknik-teknik konseling dalam client-centered therapy

      Client-centered therapy menempatkan tanggungjawab tidak pada konselor tetapi pada klien. Maka teknik-teknik konselingnya adalah sebagai berikut :
  1. Acceptance (penerimaan)
  2. Respect (rasa hormat)
  3. Understanding (mengerti dan memahami)
  4. Reassurance (menentramkan hati dan menyakinkan)
  5. Ecouragement (dorongan)
  6. Limited Questioning (pertanyaan terbatas)
  7. Reflection (memantulkan pertanyaan dan perasaan)
Proses konseling

Proses konseling dengan pendekatan client-centered therapy dapat dijelaskan sebagai berikut :
  1. Klien datang kepada konselor atas kemauan sendiri. Apabila datang atas suruhan orang lain, maka konselor harus mampu menciptakan situasi yang sangat bebas dan permisif, dengan tujuan agar klien mampu memilih sendiri apakah ia akan terus minta bantuan atau akan membatalkannya.
  2. Situasi konseling sejak awal harus menjadi tanggung jawab klien, maka konseling menyadarkan hal ini kepada klien.
  3. Konselor memberanikan klien agar ia mampu mengemukakan perasaannya atau permasalahannya secara apa adanya, lengkap dan jelas. Dalam hal ini konselor harus menunjukkan sikap ramah, bersahabat dan menerima klien sebagaimana adanya.
  4. Konselor menerima perasaan klien serta memahaminya.
  5. Konselor berusaha agar klien dapat memahami dan menerima keadaan dirinya/masalahnya.
  6. Klien menentukan pilihan sikap dan tindakan yang akan diambil untuk mengatasi masalah yang dihadapinya.
  7. Klien merealisasikan pilihan itu dalam tindakan/perbuatan.
Kelebihan dan kekurangan client-centered therapy

Kelebihan
  • Klien diberikan kebebasan dalam menyelesaikan masalahnya sendiri.
  • Dalam terapi ini konselor berperan sebagai fasilitator.
  • Selain itu konselor juga berperan sebagai teman klien agar saat terapi berlangsung klien merasa lebih nyaman.
  • Klien diberi kebebasan dalam menentukan arah pembicaraan.
Kekurangan
  • Dibutuhkan terapis yang ahli dalam bidang ini.
  • Dalam terapi, konselor tidak boleh memilih-milih kliennya.
  • Konselor harus bisa memiliki sifat obyektif.
  • Konselor harus mengembalikan pada dirinya sendiri apakah mampu untuk membantu klien.
  • Konselor tidak boleh memanfaatkan kliennya.

Marrisa Arsylia Deyavania
14510231
3 PA 05


Sumber

Monday

Terapi Humanistik Eksistensial


Pengertian teori humanistik eksistensial

      Tokoh dari humanistik eksistensial adalah Abraham Maslow yang terkenal dengan teori aktualisasi diri. Selain itu, ada tokoh lain dari humanistik eksistensial yaitu Carl Rogers yang dikenal dengan metoda terapi yang dikembangkannya, yaitu terapi yang berpusat pada klien (Client-Centered Therapy). Dasar dari terapi humanistik eksistensial adalah penekanan keunikan setiap individu serta memusatkan perhatian pada kecenderungan alami dalam pertumbuhan dan perwujudan dirinya. Teori humanistik eksistensial berfokus pada diri manusia. Pendekatan humanistik eksistensial merupakan suatu pendekatan yang berusaha mengembalikan pribadi kepada fokus sentral, yakni memberikan gambaran tentang manusia pada tarafnya yang tertinggi.
      Dalam terapi ini para ahli tidak mencoba menafsirkan perilaku penderita, tetapi terapis bertujuan untuk memperlancar kajian pikiran dan perasaan seseorang dan membantunya memecahkan masalahnya sendiri. Pedekatan ini memberikan kontribusi yang besar dalam bidang psikologi, yakni tentang penekanannya terhadap kualitas manusia terhadap manusia yang lain dalam proses terapeutik. Salah satu pendekatan yang dikenal dalam terapi humanistik eksistensial adalah terapi yang berpusat kepada klien atau Client-Centered Therapy.
      Terapis humanistik eksistensial berpijak pada premis bahwa manusia tidak bisa lari dari kebebasan bahwa kebebasan dan tanggung jawab berkaitan. Terapi humanistik eksistensial menekankan kondisi-kondisi inti manusia dan menekankan kesadaran diri sebelum bertindak. Kesadaran diri berkembang sejak seseorang masih bayi. Perkembangan kepribadian yang normal berlandasankan keunikan masing-masing individu.

Konsep utama pendekatan humanistik eksistensial

      Pendekatan humanistik eksistensial berfokus pada kondisi manusia. Keutamaan dari pendekatan ini adalah suatu sikap yang menekankan pada suatu pemahaman atas manusia. Ada beberapa konsep utama dari pendekatan humanistik eksistensial, yaitu :
  • Kesadaran diri
      Manusia memiliki kesangguapan untuk menyadari diri sendiri. Suatu kesanggupan yang unik dan nyata yang memungkinkan manusia mampu berfikir dan memutuskan.
  • Kebebasan, tanggung jawab dan kecemasan
      Kesadaran atas kebebasan dan tanggung jawab bisa menimbulkan kecemasan yang menjadi atribut dasar bagi manusia.
  • Penciptaan makna
      Manusia itu unik, dalam arti bahwa dia berusaha untuk menemukan tujuan hidup dan menciptakan nilai-nilai yang akan memberikan makna bagi kehidupan. Manusia memiliki kebutuhan untuk berhubungan dengan sesamanya dalam suatu cara yang bermakna, sebab manusia adalah makhluk yang rasional.

Fungsi dan peran terapis

      Tugas utama dari seorang terapis adalah berusaha memahami keberadaan klien dalam dunia yang dimilikinya. Tugas terapis diantaranya adalah membantu klien agar menyadari keberadaannya dalam dunia "ini adalah saat ketika pasien melihat dirinya sebagai orang yang terancam, yang hadir di dunia yang mengancamnya dan sebagai subyek yang memiliki dunia". Peran terapis sebagai "spesialis mata ketimbang sebagai pelukis", yang bertugas memperluas dan memperlebar lapangan visual pasien.

Tujuan-tujuan terapeutik
  1. Agar klien menyadari keberadaannya secara otentik dengan menjadi dasar atas keberadaan dan potensi-potensi serta sadar bahwa ia dapat membuka diri dan bertindak berdasarkan kemampuannya.
  2. Meluaskan kesadaran diri klien dan meningkatkan kesanggupan terhadap pilihannya, yakni menjadi bebas dan bertanggung jawab atas arah hidupnya.
  3. Membantu klien agar mampu menghadapi kecemasan sehubungan dengan tindakan memilih diri dan menerima kenyataan bahwa dirinya lebih dari sekedar korban kekuatan-kekuatan deterministik diluar dirinya.
Bentuk teknik terapi humanistik eksistensial

      Teori humanistik eksistensial tidak memiliki teknik-teknik yang ditentukan secara ketat. Prosedur-prosedur konseling bisa dipungut dari beberapa teori konseling lainnya, seperti teori Gestalt dan Analisis Transaksional. Tugas konselor disini adalah menyadarkan konseling bahwa ia masih ada di dunia ini dan hidupnya dapat bermakna apabila ia bisa memaknainya.

Tahap-tahap pelaksanaan terapi humanistik eksistensial

      Pendekatan ini bisa menggunakan beberapa teknik dan konsep psikoanalitik dan juga bisa menggunakan teknik kognitif-behavioral. Metode ini berasal dari Gestalt dan analisis transaksional. Terdapat tiga tahap yang dapat dilakukan oleh terapis dalam terapi humaniatik eksistesial, antara lain :
  • Tahap pendahuluan
      Konselor mambantu klien dalam mengidentifikasi dan mnegklarifikasi asumsi mereka terhadap dunia. Klien diajak mendefinisikan cara pandang agar eksistensi mereka diterima. Konselor mengajarkan mereka bercemin pada eksistensial mereka dan meneliti peran mereka dalam hal penciptaan masalah dalam kehidupan mereka.
  • Tahap pertengahan
      Klien didorong agar bersemangat untuk lebih dalam meneliti sumber dan otoritas dan sistem mereka. Semangat ini akan memberikan klien pemahaman baru dan restrukturisasi nilai dan sikap mereka untuk mencapai kehidupan yang lebih baik dan dianggap pantas.
  • Tahap akhir
      Berfokus untuk bisa melaksanakan apa yang telah mereka pelajari tentang diri mereka. Klien didorong untuk mengaplikasikan nilai barunya dengan jalan yang kongkrit. Klien biasanya akan menemukan kekuatan untuk menjalani eksistensi kehidupannya yang memiliki tujuan. Dalam perspektif eksistensial, teknik sendiri dipandang alat untuk membuat klien sadar akan pilihan mereka, serta bertanggungjawab atas penggunaan kebebasan pribadinya.

Kelebihan dan kekurangan teori humanistik eksistesial

Kelebihan
  • Teknik ini dapat digunakan bagi klien yang mengalami kekurangan dalam perkembangan dan kepercayaan diri.
  • Adanya kebebasan klien untuk mengambil keputusan sendiri.
  • Memanusiakan manusia.
  • Bersifar pembentukan kepribadian, hati nurani, perubahan sikap, analisis terhadap fenomena sosial.
  • Pendekatan terapi humanistik eksistensial lebih cocok digunakan pada perkembangan klien, seperti masalah karier, kegagalan dalam perkawinan, pengucilan dalam pergaulan ataupun masa transisi dalam perkembangan dari remaja menjadi dewasa.
  • Lebih efisien, efektif dan dapat digunakan secara luas.
  • Didukung dengan teknis-teknis yang telah diuji secara empiris.
Kekurangan
  • Dalam metodologi, bahasa dan konsepnya yang mistikal.
  • Dalam pelaksanannya tidak memiliki teknik yang tegas.
  • Terlalu percaya pada kemampuan klien dalam mengatasi masalahnya sendiri.
  • Keputusan ditentukan oleh klien itu sendiri.
  • Memakan waktu lama.


Marrisa Arsylia Deyavania

14510231

3 PA 05

Sumber

Terapi Psikoanalisis


      Dalam kehidupan sehari-hari, psikoterapi dibutuhkan untuk penyembuhan pada orang-orang yang memiliki masalah dalam hidupnya, terutama masalah kesehatan jiwa. Banyak orang yang mencari psikoterapi dengan berbagai alasan, tetapi kebanyakan dari mereka mencari psikoterapi untuk membantu menyelesaikan  masalah-masalah yang sangat berat.
      Pengertian dari Psikoterapi adalah perawatan dan penyembuhan terhadap gangguan dan pemyakit jiwa dengan cara yang lebih psikologis daripada fisiologis maupun biologis.
      Tujuan dari Psikoterapi adalah untuk menghilangkan, mengurangi gejala-gejala gangguan dan mengubah perilaku klien menjadi lebih positif, serta didalam psikoterapi terdapat intervensi. Terdapat banyak jenis-jenis terapi dari psikoterapi, salah satunya terapi psikoanalisis.

Pengertian terapi psikoanalisis

      Dasar dari terapi psikoanalisis adalah konsep dari Sigmund Freud dan para pengikutnya sebagai studi fungsi dan perilaku psikologis manusia. Psikoanalisis adalah teknik atau metode pengobatan yang dilakukan oleh terapis dengan cara menggali permasalahan dan pengalaman yang direpresnya selama masa kecil serta memunculkan dorongan-dorongan yang tidak disadarinya selama ini.
      Tujuan dari terapi psikoanalisis adalah untuk mengubah kesadaran individu, sehingga segala sumber permasalahan yang ada didalam diri individu yang semulanya tidak sadar menjadi sadar, serta memperkuat ego individu untuk dapat meghadapi kehidupan yang lebih realita.
      Dalam terapi psikoanalisis dibutuhkan sifat dari terapeutik. Terapeutik adalah hubungan interpersonal dan kerja sama yang professional antara terapis dan klien, terapis harus bisa menjaga hubungan ini agar klien dapat merasakan kenyamanan, ketenangan dan rileks dalam menceritakan permasalahannya. Karena fokus utama dalam terapi psikoanalisis adalah menggali seluruh informasi permasalahan dan menganalisis setiap kata-kata yang diungkapkan oleh klien.
      Penyadaran memungkinkan untuk membentuk kembali struktur kepribadian yang selama ini terpisah, seperti adanya konflik antara id, ego dan superego yang tidak berjalan dengan baik. Proses penyadaran dalam terapi ini adalah mengajak individu untuk mengenal kembali dan menerima bagian-bagian dari dirinya yang selama ini ditolak, diserang dan diproyeksikan terhadap orang lain. Penyadaran juga memulihkan kembali hubungan antara dunia internal dan realita eksternal, sehingga individu dapat memandang dunia secara nyata.

Struktur kepribadian
  • Id
      Id adalah struktur paling mendasar dari kepribadian, seluruhnya tidak disadari dan bekerja menurut prinsip kesenangan. Tujuan dari Id adalah pemenuh kepuasan yang segera.
      Id mulai berkembang sejak seseorang itu lahir hingga usia dua tahun. Id merupakan lapisan psikis yang paling dasar dimana cinta dan kematian berkuasa. Id bersifat primitif, tidak terlendali dan emosional. Naluri bawaan seperti seks, agresif dan keinginan-keinginan yang direpresi berada di sini. Prinsip kesenangan mendominasi bagian ini sedangk ruang, waktu beserta logika yang berkenaan dengan hukum kontradiksi tidak berlaku.
  • Ego
      Ego mulai berkembangan sejak seseorang berusia dua tahun. Ego beraktivitas di semua lapisan, bersifat sadar manakala melakukan aktivitas sadar seperti persepsi lahiriah, persepsi batiniah dan proses-proses intelektual. Berlaku prasadar saat melakukan fungsi ingatan dan aktivitas tak sadar dan Ego dijalankan dengan mekanisme pertahanan (defence mechanisms). Mekanisme pertahanan diri dapat dilakukan dengan cara sublimasi, regresi, fiksasi, identifikasi, proyeksi, penolakan dan pengalihan (displacement). Mempertahankan keutuhan kepribadian dan adaptasi dengan lingkungan melalui prinsip realitas adalah peran utama dari Ego.
  • Superego
      Superego mulai berkembangan saat seseorang berusia tiga tahun dan mulai dipengaruhi oleh orang tua. Superego dibentuk melalui internalisasi larangan atau perintah yang berasal dari luar hingga menjadi sesuatu yang menjadi hak milik subjek sendiri. Aktivitas Superego sebagai dasar hati nurani saat menyatakan diri dalam konflik dengan Ego yang dirasakan dalam emosi seperti rasa bersalah, menyesal dan sebagainya. Jika Superego mempertimbangkan orang lain, maka Id dan Ego bersifat egois. Konsekuensi teori ini terhadap psikoanalisis adalah konflik tidak lagi dianalisis sebagai pertantangan antara naruli melainkan pertahanan Ego terhadap dorongan naruliah.

Konsep-konsep terapi psikoanalisis
  • Anxiety realita
      Anxiety realita adalah rasa takut akan bahaya dari dunia luar dimana individu tidak dapat menerima kenyataan.
  • Anxiety neurotic
      Anxiety neurotic adalah rasa takut yang muncul ketika insting tidak dapat dikendalikan dan menyebabkan seseorang melakukan sesuatu yang nantinya akan mendapat hukuman.
  • Anxiety moral
      Anxiety moral adalah rasa takut yang muncul pada orang-orang yang memiliki Superego yang tinggi, orang-orang dengan perkembangan moral yang baik akan merasa berdosa ketika mereka melakukan suatu hal yang bertentangan dengan nilai moral.

Fungsi dan peran terapis
  1. Terapis membiarkan dirinya anonym serta hanya berbagi sedikit perasaan dan pengalaman sehingga klien memproyeksikan dirinya kepada terapis.
  2. Peran terapis
>>  Membantu klien dalam mencapai kesadaran diri, kejujuran, keefektifan dalam melakukan hubungan personal dalam menangani kecemasan secara realita.
>>  Membangun hubungan kerja dengan klien dengan cara banyak mendengar dan menafsirkan.
>>  Terapis memberikan perhatian khusus pada penolakan-penolakan klien.
>>  Mendengarkan kesenjangan-kesenjangan dan pertentangan-pertentangan pada cerita klien.

Tujuan terapi psikoanalisis
  • Membentuk kembali struktur karakter individu dengan cara membuat kesadaran yang tak disadari didalam diri klien.
  • fokus pada upaya mengalami kembali pengalaman masa kanak-kanak.
Bentuk terapi psikoanalisis

      Terapi psikoanalisi bersifat intensif dan panjang. Terapis dan klien umumnya bertemu selama 50 menit beberapa kali dalam seminggu sampai beberapa tahun. Oleh karena itu, agar dapat lebih efisien maka pertemuan dapat dilakukan dengan cara membataskan waktu dan penjadwalan waktu yang tidak terlalu sering.

Teknik-teknik dasar terapi psikoanalisis
  • Asosiasi bebas
      Asosiasi bebas merupakan teknik utama dalam psikoanalisis. Terapis meminta klien agar membersihkan pikirannya dari pikiran-pikiran dan renungan-renungan sehari-hari, serta sedapat mungkin mengatakan apa saja yang muncul dan melintas dalam pikirannya. Cara yang khas adalah dengan mempersilahkan klien berbaring di atas balai-balai sementara terapis duduk dibelakangnya, sehingga tidak mengalihkan perhatian klien pada saat asosiasinya sedang mengalir dengan bebas.
      Asosiasi bebas merupakan suatu metode pemanggilan kembali pengalaman-pengalaman masa lampau dan pelepasan emosi-emosi yang berkaitan dengan situasi traumatis masa lalu yang kembali dikenal dengan katarsis. Katarsis hanya menghasilkan perbedaan sementara atas pengalaman-pengalaman menyakitkan klien, tetapi tidak memainkan peran utama dalam proses treatment.
  • Penafsiran (interprestasi)
      Penafsiran merupakan prosedur dasar di dalam menganalisis asosiasi bebas, mimpi-mimpi, resistensi dan transferensi. Caranya adalah dengan tindakan-tindakan terapis untuk menyatakan, menerangkan dan mengajarkan klien makna-makna tingkah laku apa yang dimanifestasikan dalam mimpi, asosiasi bebas, resistensi dan hubungan terapeutik itu sendiri. Fungsi dari penafsiran ini adalah mendorong Ego untuk megasimilasikan bahan-bahan baru dan mempercepat proses pengungkapan alam bawah sadar secara lebih lanjut. Penafsiran yang diberikan oleh terapis menyebabkan adanya pemahaman dan tidak terhalangi alam bawah sadar pada diri klien.
  • Analisis mimpi
      Dalam studi Freud yang mendalam tentang mimpi melahirkan pandangan-pandangan kritisnya tentang hal ini. Mimpi bagi Freud sejajar dengan gejala-gejala penderita neurosis dan interprestasi selalu mendukung hipotesisnya. Baginya mimpi adalah merupakan pemenuh yang tersamar dan bersifat halusinasi atas keinginan-keinginan yang terpaksa ditekan. Bagian dari teori tentang mimpi yang paling hakiki dan vital bagi Freud adalah adanya kaitan antara distorsi mimpi dengan suatu konflik batiniah atau semacam ketidakjujuran batiniah.
      Analisis mimpi adalah prosedur atau cara yang penting untuk mengungkap alam bawah sadar dan memberikan klien pemahaman atas beberapa area masalah yang tidak terselesaikan. Selama tidur, pertahanan-pertahanan melemah, sehingga perasaan-perasaan yang direpses akan muncul ke permukaan, meski dalam bentuk lain. Freud memandang bahwa mimpi merupakan "jalan istimewah menuju ketidaksadaran", karena melalui mimpi tersebut hasrat-hasrat, kebutuhan-kebutuhan dan ketakutan tak sadar dapat diungkapkan.
      Mimpi memiliki dua taraf, yaitu isi laten dan isi manifes. Isi laten terdiri atas motif-motif yang disamarkan, tersembunyi, simbolik dan tidak disadari. Karena begitu menyakitkan dan mengancam, maka dorongan-dorongan seksual dan perilaku agresif tak sadar yang merupakan isi laten yang ditrasformasikan ke dalam isi manifes yang lebih dapat diterima, yaitu impian yang tampil pada si pemimpi sebagaimana adanya.
  • Analisis resistensi
      Resistensi adalah suatu yang melawan kelangsungan terapis dan mencegah klien mengemukakan bahan yang tidak disadari. Selama asosiasi bebas dan analisi mimpi, klien dapat menunjukan ketidaksediaan untuk menghubungkan pikiran, perasaan dan pengalaman tertentu. Freud memandang bahwa resistensi dianggap sebagai dinamika tak sadar yang bisa digunakan oleh klien sebagai pertahanan terhadap kecemasan yang tidak bisa dibiarkan yang akan meningkat jika klien menjadi sadar atas dorongan atau perasaan yang direpres tersebut.
  • Analisis transferensi
      Resistensi dan transferensi merupakan dua hal inti dalam terapi psikoanalisis. Trasferensi dalam keadaan normal adalah pemindah emosi dari satu objek ke objek lainnya atau secara lebih khusus pemindaan emosi dari orangtua kepada terapis. Dalam keadaan neurosis, pemuasan libido klien yang diperoleh melalui mekanisme pengganti atau lewat kasih sayang yang melekat dan kasih sayang pengganti.

Kelebihan dan kekurangan terapi psikoanalisis

Kelebihan
  • Terapi ini memiliki dasar teori yang kuat.
  • Dengan terapi ini terapis bisa lebih mengetahui masalah pada diri klien, karena prosesnya dimulai dari mencari tahu pengalaman-pengalaman masa lalu pada diri klien.
  • Terapi ini bisa membuat klien mengetahui masalah apa yang selama ini tidak disadarinya.
Kekurangan
  • Waktu yang dibutuhkan dalam terapi terlalu panjang.
  • Terapi memakan banyak biaya bagi klien.
  • Karena waktunya yang sangat lama, bisa membuat klien menjadi jenuh dan bosan.
  • Diperlukan terapis yang benar-bentar terlatih untuk terapi ini.

Marrisa Arsylia Deyavania
14510231
3 PA 05

Sumber